Inilah Kebahagiaan yang gue cari




Judul Buku : RADIKUS MAKANKAKUS : Bukan Binatang Biasa
Penulis : Raditya Dika
Penerbit : GagasMedia, Jakarta, Cetakan I, 2007
Tebal : x + 232 halaman
Genre : Non-fiksi, komedi
Harga : Rp30.000,00

Banyak cerita Raditya Dika dalam buku kumpulan artikel blognya yang ketiga, RADIKUS MAKANKAKUS : Bukan Binatang Biasa. Buku ini adalah buku ketiga Dika setelah KAMBING JANTAN : Sebuah Cerita Harian Pelajar Bodoh dan Cinta Brontosaurus yang juga berisi pengalaman-pengalaman pribadinya yang aneh, gila, dan cenderung ajaib. Dika yang aktif menulis di blog sejak tahun 2003. Prestasi yang memotivasinya membukukan kisah-kisah yang dipublish di blognya untuk kemudian dibaca oleh kalangan nyata.
Menggunakan penulisan diary yang konyol, dengan buku ini Dika berhasil mengajak pembacanya terbahak-bahak menertawai kegilaan pada kejadian-kejadian yang dialaminya. Syirik melihat temannya yang sedang melakukan penelitian skripsi, Dika ikut-ikutan membuat karya ilmiah aneh. Meneliti kehidupan badut dengan menjadi badut ksatria berkepala harimau sehari. Dia berkeliling Jakarta demi melaksanakan keinginannnya untuk kayang di Monas dengan resiko disangka badut gila. Ketika menyetop bajaj dan dijahili anak-anak kecil di perumahannya, Dika benar-benar merasa menjadi badut seharian. Riset ini berakhir dengan perasaan aneh setiap bertemu dengan badut-badut lain, merasa menjadi saudara.
Tidak kalah seru adalah kisah Dika menjadi guru bimbel milik ibunya, mengajar anak-anak SMP dengan dandanan super aneh, memakai batik hijau keemasan, sepatu pantofel, dan rambut dicat pirang. Setelah bertemu Dika-wrong man in the wrong place, salah satu orang tua murid yang mengantar menjadi ragu-ragu menitipkan anaknya belajar disana. Selanjutnya cerita digabung , antara lain cerita tentang adik-adiknya, cerita sewaktu sekolah (soal Mbip dan gurunya yang baik), masa-masa kuliah (cerita soal kesuksesannya masuk UI), kebiasaan-kebiasaan anehnya, dan ketakutan-ketakutannya tergambar jelas di buku ini.
Dalam buku ketiganya, menampilkan sosok Raditya Dika yang lebih dewasa. Pemikiran-pemikiran Dika tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya, meski masih sering disikapi dengan konyol. Dika mampu mengajak pembacanya merenungkan cerita-cerita yang dia angkat tanpa membuat pembaca terasa dibodohi. Namun, tawa adalah menu utama yang selalu disajikan Dika dalam setiap bukunya. Seperti kata pepatah, tawa membuat kita lebih bahagia. Dika juga berhasil membuat pembaca bahagia, karena penulis Indonesia tidak pernah segoblok ini (back cover).
Raditya Dika sudah bisa memasukkan unsur “moral of story” sedikit demi sedikit dalam setiap ceritanya. Contohnya dalam cerita ketika Dia bermimipi tentang wali kelasnya yang baik yang meninggal di Tanah Suci dan cerita saat ia berhasil menembus Fisika UI. “Jujur, masuk UI nggak ngebuat bahagia banget. Tapi, ada satu hal yang bisa membuat senyuman gue gak berhenti kempis malam itu, kenyataan yang baru gue sadari setelah Pito menjadi korban, gue baru saja bikin ortu bangga. Dan mungkin, untuk detik ini, inilah kebahagiaan yang gue cari”.



Raditya mengemas dengan pintar dalam setiap bahasanya, alami, gaya anak muda jaman sekarang, tidak dibuat-buat, realistis dan mengundang tawa. Pemilihan judul yang kerap kali membuat orang bertanya-tanya, judul yang tidak biasa, RADIKUS MAKANKAKUS : Bukan Binatang Biasa, menimbulkan banyak persepsi yang berbeda dari setiap orang. Tetapi , ternyata hal itu sangatlah jauh dari pemikiran seorang Dika untuk menerbitkan judul bukunya dengan seperti itu, “RADIKUS MAKANKAKUS”, itu adalah nama ilmiah dari Raditya Dika. Tetapi, di sisi lain orang-orang juga beranggapan bahwa buku ini adalah buku sampah, tidak menonjolkan nilai moral, semuanya hanya tentang kehidupan anak muda. Kelemahan yang lain dari buku ini adalah ada beberapa kalimat yang menonjolkan segi negative, sehingga menimbulkan persepsi yang negative akan hal itu. Itu semua hanya pengalaman pribadi yang lucu, mengesankan dan mungkin pembaca akan terhipnotis dengan bahasa cerita yang alami, yang sangat hidup. Banyak gambar-gambar yang ditunjukkan oleh Dika demi kenyamanan untuk membaca narasi yang dia alami.
Hal-hal yang tak terduga inilah yang bisa kita temukan di kumpulan cerita cerpen Raditya Dika ini, sangat cocok dibaca di akhir pecan, ketika penat dan membutuhkan sedikit refreshing. Buku ini cocok dibaca oleh remaja dan mungkin setelah membaca buku ini kita menjadi berfikir bahwa menulis sebenarnya sangat mudah, menulis seperti halnya menuangkan cerita saja. Untuk penulis-penulis muda Indonesia , semoga karyamu menginspirasi banyak orang.
Nama : M Sholikhuddin Nafi’ (16)
Kelas : XI_A1

0 Response to "Inilah Kebahagiaan yang gue cari"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme | Blogger Templates | Discover Credit Cards